merdekaatau mati tak ada lain selain itu kecuali merdeka atau mati. hujan peluru memberondong tubuh kekarnya tetap tegak meski tubuh berlubang tertembak peluru tajam darah bercucuran membanjiri medan perang. meski namamu tak kami kenal Kumpulan Puisi dan Pantun Kemerdekaan yang menyaya
Barisbaris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti.
Bagaimanakata kata puisi perjuangan dalam bait puisi merdeka atau mati yang dipublikasikan berkas puisi untuk kali ini. Untuk lebih jelasnya puisi tentang perjuangan yang menceritakan puisi kepahlawan dan perjuang, disimak saja berikut ini puisi tentang merdeka atau mati.
Untukmengapresiasi hari kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia, kamu bisa menyusun puisi tentang kemerdekaan. Puisi merupakan satu di antara karya sastra yang berisi ungkapan atau curahan hati penulisnya. Dalam puisi biasanya menggambarkan keresahan, imajinasi, kritik hingga pengalaman penyairnya, yang dikemas dengan gaya bahasa indah.
. Ilustrasi puisi kemerdekaan terbaik, Foto oleh Mufid Majnun di Unsplash4 Puisi Kemerdekaan Terbaik, Bagus dan Penuh MaknaIlustrasi bendera di puisi kemerdekaan terbaik, Foto oleh mz romahoni / UnsplashEmpat tahun silam dipertemukanTerwujud bersemayam sinyal kehidupanyang separuh baya ini bisa menikmatimumemberi warna negeri iniPagi merayap siangTepat pukul sepuluh detik-detikmu diperdengarkanPekik merdeka menggema mengangkasa ke penjuruDengan rasa haru ku sambut pekikmuDarah menggenang di tanah tak bertuanRatusan nyawa melayangBergelimpangan di medan perangMengangkat panji kemenanganSeorang pejuang berteriak lantangGagah berani memegang senjata lawan penjajahDua kata menjadi pilihanMerdeka atau matiTubuh kekar dihujani peluruPenuh lubang di sekujur tubuhDarah bercucuran mereka tetap tegak berdiriSekali lagi lantangkan merdeka atau matiMerdeka … merdeka … merdekaPekik kemerdekaan terus berkumandangTerdengar dari seluruh penjuru nusantaraPenuh semangat kala terucapTujuh belas Agustus jadi sejarah negeri iniDinanti dengan penuh warna warniTujuh puluh empat tahun Indonesia negara kitaMerdeka tak hanya butuh upacara dan beraneka lombaLihatlah seluruh penjuru nusantara tercintaSentuhlah semua sisinya hingga tiada yang laraTak hanya cukup menikmati sumber daya alamnyaBersatu mewujudkan negara adil makmur sentosaItulah tugas kita … generasi penerus bangsaTerlahir aku di bumi nusantaraNegeri yang kaya dan indah alamnyaBeragam budaya berjuta maknaKemolekan negeriku melenakan banyak negaraRempah-rempah melimpah menarik perhatian merekaHingga berebut mereka karenanyaTirani tak lagi hampiri negeriSemua berkat perjuangan jiwa raga pahlawan seluruh negeriTak semua dari mereka tercatat sejarah tertulis rapiTak mampu menghitung mereka dengan jariKau korbankan jiwa ragamu demi kamiHanya doa yang selalu kami pinta dari Sang IlahiBerikan tempat terindah untuk pahlawan negeri
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Merdeka ituPerjuangan. Wani tok wis. Tidak perlu sambat. Maju terus, pantang pahlawan bangsa telah gugur. Jadi Kusuma bangsa. Untuk kemerdekaan. Saat penjajah ingin kembali, lawan dengan bambu runcing. Bersatu usir penjajah. Bukan mati sia sia. Tapi untuk kejayaan bangsa. Indonesia. Apa yang kau lakukan anak muda? Sekarang? Untuk bangsamu? Banggalah, negerimu telah merdeka. Hargai pahlawanmu. Jaga persatuanmu. Tak perlu perang sekarang. Tak perlu bambu pahlawan bertanya. Mana karyamu. Bukan mana jika tak berkarya. Kau pertaruhkan apa untuk negerimu ini. Anak muda harus berkarya. Untuk kejayaan tanya apa yang diberikan negaramu, tapi tanyalah apa yang kamu berikan untuk negeri ini. Ayo semangat. Bangsa ini butuh anak muda. Yang menggetarkan dunia. Dengan karyanya. Kamu pasti bisaMalang, 7 November 2020Oleh Eko Irawan dalam rangka menyambut Hari Pahlawan Lihat Puisi Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di masa itu...Di siang hari, kami turunkan bendera-bendera Pada kami yang menyusup demi kibar bendera merah putih!Kami datang tak sendiri, kawan-kawan kami bagai segerombolan yang menyala merah, mempesona berbaju putih demi kemerdekaan yang terenggut oleh kedurjanaan. Kemudian kami mengucapkan Merdeka! Atau mati! Dengan gigih kami berjuang melawanmu hai perenggut kemerdekaan, para pemecah belah persatuan!Selagi bisa, jiwa kami dikandung badan, berjuang tak henti!Dan kini...Oh, jiwa sunyi, mereka bagai tak melihat kami, yang telah berjuang untuk negeri, terhapus oleh gerus zaman bermuka modern. Kami tak pernah menuntut harga, atau ucap selamat, kami hanya ingin menyalakan kembali bara semangat, kepadamu, duhai generasiku. Andai segala yang indah sebagai anugerah dari tangan indahmu, keagungan yang megah, kami ingin nyala semangat perjuangan dulu tetap menyala, dalam sanubari. Perjuangan bukan mimpi, itu nyata, jadikanlah sejarah yang bisa mengendap, titipan bagi negeriku, Indonesia Atau mati! 1 2 Lihat Puisi Selengkapnya
Puisi Anakku Menulis Merdeka atau Mati Karya Wahyu Prasetya Anakku Menulis Merdeka atau MatiDengan cat semprot anakku menulis di dinding-dinding rumahkalimat yang ia pilih dari buku tulis sejarah sekolah dasarnyawarna merah yang melukiskan masa lampau pekikanada luka parah, da khianat, ada timbunan tentara, petani...peperangan akan selalu direncanakan dari pikiran sebuah rumahmaka ia mengecatnya,"merdeka atau mati"lalu teman-temannya pun menambahkan beberapa kata-kata,"viva iwan fals!"dari sebuah dinding rumah, sejuta senjata dan calon korban dicatatbahkan ada pula yang berani menyemprotnya dengan cat merah, jari-jari anak-anakkuapakah beda kemerdekaan ini dengan ketulusan tentang matiapalah arti letusan di benua dengan 350 tahun yang menggilas kitaIndonesia adalah sebuah peta yang pernah diperdaya oleh ranjau intrik, bom dan kasak kusuk,"merdeka atau mati"Lalu aku pun menyisipkan kata-kata juga"hidup ibu hidup bapak hidup dada hidup dedy"malampun menyisakan bauan tinner dan huruf melototbiarlahKemerdekaan yang kami syukuri dalam rumah sederhana inihanya huruf, kalimat dan bahasa cata semprotdan jari jari anak anakku yang mengutip ingatan buku tulis sejarahnyaesok ia akan membacanya keras-keras, hallo indonesia?hallo Kemerdekaan siapa?Malang, 1 Mei 1995Puisi Anakku Menulis Merdeka atau MatiKarya Wahyu PrasetyaBiodata Wahyu PrasetyaEko Susetyo Wahyu Ispurwanto akrab dipanggil Pungky lahir pada tanggal 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Prasetya meninggal dunia pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2018 pada umur 61.
puisi merdeka atau mati